SELAMAT DATANG DI PUSTAKA HATI

Monday, January 26, 2009

Benar akan Kebenaran ataukah Betul akan Kebetulan ?

Ada sebuah cerita yang menarik di sebuah Universitas jurusan Fakultas Filsapat suatu pagi dosen filsapat datang dengan gagahnya ia hanya membawa sebuah buku yang biasa ia bawa tiap ia mengajar. Kamudian ia langsung masuk ke dalam kelas tidak seperti biasanya dengan dosen-dosen yang lain setiap mau masuk ke dalam ruangan mengucapkan salam. Tiba-tiba seorang mahasiswa memberikan komando untuk mengucapkan salam, dan serentaklah semua mahasiswa mengucapkan salam, setelah selesai ternyata dosen hanya terdiam saja seolah cuek tak mendengarkan. Salah seorang mahasiswa bertanya kepada temannya “dia muslim atau bukan kok gak dijawab salam kita “ sambil berbisik pada temannya, temannya menjawab “ ia, tapi ia kelihatannya muslim lihat saja penampilannya seperti orang muslim.
Tiba-tiba seorang mahasiswa bertanya kepada dosen itu “pak kok salam kita nggak dijawab.” Dengan senyum yang tenang, saya tidak tahu kalau kamu seorang muslim. Kalau boleh tahu kapan kalian masuk islam “ jawab dosen. Semua mahasiswa terdiam sambil berfikir kenapa dosen bertanya seperti itu. Kemudian dosen bertanya kepada seluruh mahasiswanya “kalian benar mahasiswa jurusan filsapat ? kalo begitu kalian pernah melihat Tuhan ? Mahasiswa semua terdiam, kalo begitu Tuhan tidak ada jawabnya, kalian pernah memegang Tuhan ? semua mahasiswa bengong, kalo begitu Tuhan tidak ada” jawabnya. Tiba-tiba seorang mahasiswa angkat bicara “ teman-teman apakah kalian pernah melihat otak pak dosen ? semua terdiam. Kalian pernah memegang otak pak dosen semua terheran. Kalo begitu Pak dosen gak punya otak” seluruh mahasiswa tertawa.
Cerita diatas mungkin tak perlu ditiru dan tak perlu diamalkan, namun ada makna yang tersimpan di dalam cerita itu bahwa kita tidak mengetahuai hal yang selama ini dianggap sepele, yang menjadi pertanyaan diatas adalah apakah kita berfikir sejak kapan kita memeluk islam ? kalau memang kita mengaku muslim, mungkin saja seandainya jikalau kedua orang tua kita non muslim (red) mungkin kita bukan muslim berarti agama yang selama ini kita anut adalah agama keturunan dari orang tua kita bukan atas dasar hati dan kayakinan serta keimanan kita kepada sesuatu yang kita anggap agung dan mengakui adanya Tuhan, ataukah sekedar numpang saja pada KTP ( Kartu Tanda Penduduk ), agar tidak disebut atheis. Jadi agama kita benar akan kebenaran ataukah betul akan kebetulan

Tulisan ini hanya sekedar supaya kita benar-benar meyakini agama yang kita peluk yaitu muslim dan bukan hanya bisa bilang ALLAH AKBAR !!!…. Pada saat kita melakukan atau mendapat sesuatu yang menimpa kita dan dijadikan sebagai tameng belaka sementara setelah selasai perkara itu lupa dan lupa.

Untuk kawan-kawanku di HMI ( Himpunan Mahasiswa Islam ) dan untuk organisasi islam lainnya terima kasih dari situlah saya mendapat pertanyaan seperti ini yang membuat saya berfikir ulang tentang keyakinan yang saya anut selama ini. Untuk yang belum mengetahui hal seperti ini semoga tidak menjadi sesuatu yang membawa kita kepada kesesatan ini hanyalah sekedar unutk berfikir ulang dengan hal yang kita anggap sepele dan tidak menyepelekan sesuatu hal. Yakin…. Usaha…. Sampai….

Marilah kita berdiskusi dan mengkaji Apa pendapat saudara tentang tulisan diatas berilah komentar supaya kita semua ada dalam keridhoan-Nya atas keyakinan kita semua agar penulis dan pembaca semoga tidak tersesat pada kesesatan. Amin…

Saturday, January 24, 2009

Jangan Lupakan Hal Kecil


Kita sering melupakan kepada sesuatu hal yang kita anggap kecil padahal dari hal yang paling kecillah kita mulai, sementara kita tidak menyadarinya mulai dari setetes sperma bertemu dengan sel telur kemudian menjadi zigote dan berubah lagi menjadi embrio sampai membentuk janin dan berakhir membentuk manusia. Dan manusia itu terbentuk dari sel yang membentuk sebuah jaringan hingga membentuk manusia sempurna yang berwajah cantik, ganteng, elok dan indah dipandang Subhannalloh, tapi mengapa kita selalu melalaikan yang kecil itu, apakah sebuah kendaraan bermotor yang begitu elegant dan indah di pandang serta nyaman duduk dan mengendarainya dengan sejuknya AC dan empuknya jok yang kita duduki sementara kita lupa bahwa yang membentuk semuanya itu adalah mur dan baut yang dipasang untuk memperkuat dan menyambungkan satu sama lain, dapat kita bayangkan apabila mesin yang dipasang dalam sebuah kendaraan itu tidak memakai baut dan mur apakah bisa mesin itu berputar atau roda tidak dipasangkan bautnya apa yang akan terjadi.

Maka dari itu mari kita sejenak merenungkan dan berfikir bahwa dengan hal yang kecillah kita hidup dan jangan sekali-kali menyepelekan yang kecil karena kita hidup mulai dari yang kecil. Tidak ada yang dapat kita katakan bahwa itu adalah besar tanpa ada yang kecil.

Yang kita katakan bumi ini adalah besar dan laut ini adalah luas apa yang membentuk semuanaya itu kalau tidak dibentuk dan disusun dengan butiran-butiran pasir serta butiran-butiran tanah dan terbentuklah bumi kemudian molekul-molekul air yang menyatu maka terjadilah lautan air yang indah, maha besar Allah sang raja hidup dan kehidupan yang telah menciptakan bumi, langit dan seisinya. Dan bumi ini duhuni oleh beribu-ribu negara, bangsa, berpulau-pulau dan bersuku-suku akan disulap menjadi kecil dengan tekhnologi canggih abad 21 dan semuanya dapat kita lihat hasil rancangan para ilmuwan para tekhnokrat ulung dengan membuat jaringan internet. Dengan alat itulah kita dapat mengakses informasi-informasi keseluruh penjuru dunia bahkan kepelosok dunia. Kita tidak menyadarinya sebuah benda kecil yang kita pegang, yang kita tempelkan dekat telinga yaitu telephon atau hand phone yang kita gunakan untuk berkomunikasi menanyakan kabar, curhat, mengungkapkan rasa sayang dan cinta kepada seseorang, serta untuk bisnis bahkan menulis pesan singkat atau SMS ( Short Message System ) layaknya kita menulis telegram yang waktu jaman dulu masih jarang banyak orang yang menggunakannya dan hanya perusahaan tertentu yang mempunyainya dengan waktu pengiriman yang lama, namun dengan kecanggihan tekhnologi semua itu akan terkirim lebih cepat dan dimanapun kita berada asalkan semuanya itu tersedia.

Namun apakah kita berpikir ada apa di dalam semuanya itu. Kalau kita telusuri lebih dalam dan membuka alat tersebut mungkin kita akan terkejut sejenak, semuanya terbuat dari benda-benda kecil seperti resistor, transistor, IC dan alat-alat lainnya terpasang dan tersusun rapi di dalamnya, mereka saling berhubungan satu sama lainnya hingga membentuk sebuah sistem yang rapi dan dapat bekerja bersama-sama dalam waktu yang bersamaan dan bagaimana jika salah satu komponen males untuk bekerja atau sedang sakit apakah benda itu akan menghasilkan sesuatu yang kita harapkan. Tentu benda itu akan menjadi tidak dapat dipergunakan lagi dan kita harus memperbaikinya bahkan menggantinya dengan yang baru. Dan banyak lagi contoh sesuatu yang berawal dari yang kecil di dunia ini.

Bahkan yang menciptakan semuanya itu tidak luput dari hal yang kecil. Otak profesor terbentuk dari sel-sel yang membentuk otak yang berisi dendrit jaringan-jaringan yang lain untuk dapat berfikir dan menciptakan tekhnologi tersebut hingga sempurna dan semua orang dapat langsung menikmatinya.

Kembali kita renungkan mengapa Allah menciptakan dari hal kecil ? dan mungkin kita belum tahu jawabannya itulah keajaiban dan kekuasan serta ciptaannya yang tiada tandingannya sungguh Allah sebagai Profesor ulung yang tiada yang sanggup mengalahkanNya, karena dari yang kecil akan menjadi hal yang besar maka dari itu janganlah kita menyepelekan yang kecil karena yang kecillah yang sebenarnya sangat berjasa kenapa yang besar menjadi sukses. Disanalah kita dapat menemukan sebuah misteri dan rahasia-rahasia yang belum di ungkapkan oleh hipotesis.

Marilah kita mulai dari yang kecil agar kita mengetahui perjalanan dan proses untuk menjadi besar, dan yang besar tidak lupa akan sesuatu yang kecil, terkadang kita lupa dari mana asal kita siapa kita dan bagaimana kita. Dengan rasa syukur dan ikhlaslah yang dapat menjawab semuanaya itu, dengan bersyukurlah bahwa kita menerima sesuatu yang telah diberikanNya kepada kita dan dengan rasa ikhlaslah kita menerima apa adanya dan disanalah kita mengetahui proses perjalanan panjang sebuah hidup dan kehidupan, betapa kecilnya kita.

Kembali kepada sesuatu yang kecil, sering kali kita menganggap kecil itu tak ada pengaruhnya atau dianggap sepele. Namun mari kita lihat contoh iklan sebuah produk pasta gigi, tampak seseorang menyusun beberapa balok kecil membentuk sebuah bangunan tiba-tiba seorang anak kecil mengambil sebuah balok ditengah bangunan itu dan apa yang terjadi tiba-tiba bangunan itu roboh, dapat kita simpulkan bahwa benda yang kecil itu adalah saling keterkaitan dengan yang lainnya saling menopang hingga membentuk sebuah bangunan yang kokoh, maka dari itu timbul ide bahwa untuk memperkuat bangunan tersebut harus memelihara yang kecil dan memoleslah dengan pasta gigi itu agar lubang yang bolong itu dapat ditambal dan tetap kokoh sehingga ketika seorang anak kecil hendak mengambil balok yang ada di tengah bangunan itu dapat digantikan dengan balok yang baru dan menguatkannya kembali.

Mungkin kita sering lupa bahwa sesuatu yang kecil akan menyebabkan sesuatu yang besar, contoh lain setiap hari kita makan nasi dengan lauknya yang cukup enak dan bergizi tinggi, tiba-tiba sebutir nasi masuk kedalam saluran pernafasan apa yang terjadi tersumbatlah saluran pernafasan itu, sungguh ajaib tubuh kita merespon dengan baik bagaimana cara mengeluarkan sebutir nasi itu, dengan batuk nasi itu didorong keluar, bagaimana jika respon itu tidak mampu mengeluarkan sebutir nasi tadi mungkin pernafasan kita akan terganggu dan bagaimana kalau nasi itu terus masuk dan menghalangi saluran pernafasan pada paru-paru kita mungkin kita akan mengambil nasi itu dengan jalan terakhir yaitu dengan melakukan operasi dapat kita bayangkan berapa biaya operasi saat ini. Itulah sesuatu yang kecil dapat menjadi masalah besar.


Lihatlah Kebaikan Dalam Segala Hal
Jika Anda dapat berhenti sejenak kemudian memikirkan tentang kehidupan Anda, Anda akan menyadari bahwa semua ingatan Anda walaupun mungkin terdiri atas beberapa dekade, akan berarti sebagai perbincangan beberapa menit saja. Apa yang pernah Anda pikir penting, atau yang benar-benar Anda kejar, atau yang coba Anda hindari, kini semuanya adalah bagian dari masa lalu. Apa pun yang mengingatkan kita pada pikiran-pikiran dan perasaan ini, itu hanyalah kenangan.

Bagaimanapun juga, dalam pandangan Allah, setiap kata yang Anda ucapkan dan setiap pikiran yang terlintas dalam benak Anda telah diketahui-Nya. Setelah mati, di mana masing-masing manusia telah ditetapkan waktunya, rekaman setiap tindakan kita akan dibeberkan di hadapan kita. Yang akan terlihat dari kehidupan kita hanyalah terdiri atas detik demi detik, tanpa terlewat satu bagian kecil pun. Dalam pandangan Allah, tak ada rincian hidup kita yang terlupakan.

Jika dalam setiap aspek kehidupan, Anda menghabiskan hidup dengan berserah diri kepada kekuasaan mutlak Allah, menerima tujuan penciptaan-Nya, kemudian menyadari kebaikan dalam segala hal, serta sadar akan kesempurnaan dalam setiap rencana Ilahiah yang ditetapkan oleh Allah, Anda dapat memastikan bahwa hasil akhir Anda akan baik.

Hal itu karena di saat kematiannya, manusia dihadapkan pada dua pilihan. Jika yang satu telah dijalankan dengan nilai-nilai yang dinyatakan oleh Allah, ia akan mendapatkan keselamatan abadi. Jika tidak, ia kan menderita kesengsaraan tak berujung. Akhlaq yang Allah meminta kita untuk melaksanakannya adalah berupa rasa syukur terhadap-Nya dalam setiap hal, tak peduli bagaimanapun kondisi dan keadaannya. Allah menginginkan agar kita meyakini bahwa pasti ada kebaikan dalam segala hal yang menimpa kita dengan menyadari bahwa semua itu berasal dari Allah.

Menerima apa pun yang menimpa kita dan meyakini bahwa ada kebaikan dalam setiap kejadian walaupun tampaknya merugikan, bahkan malah bersyukur untuk semua itu, bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan. Ia adalah kebenaran yang disadari melalui pemahaman akan kebesaran dan keagungan Allah. Seseorang hanya perlu mengenal Tuhan-Nya-Pencipta alam semesta-dan peristiwa apa pun yang terjadi di dalamnya serta bersyukur atas semua itu.

Sejak pertama kali seseorang membuka matanya di dunia, Allahlah yang menetapkan setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Allahlah Yang Mahakuasa, Mahabijaksana, dan Mahaadil. Semua diciptakan Allah dalam rangka memenuhi rencana-Nya dan untuk tujuan Ilahiah, sebagaimana difirmankan Allah dalam sebuah ayat Al-Qur`an, "Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (al-Qamar: 49) Dalam cahaya kekuasaan dan kehebatan Allah yang tiada batasnya, manusia hanyalah makhluk yang lemah. Tanpa kemurahan dan kasih Allah, ia tidak akan bisa bertahan. Melalui kemampuannya untuk memahami dan mempertimbangkan, manusia dapat memahami sesuatu hanya seluas apa yang diizinkan Penciptanya. Adalah sebuah keharusan bagi kita untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan maksud-maksud Ilahiah yang telah ditetapkan-Nya. Apa pun yang kita alami dalam hidup ini, kita harus tetap ingat bahwa Allah adalah Tuhan yang menguasai seluruh alam semesta dan Dia mengetahui, melihat, dan mendengar apa yang tidak dapat kita ketahui, lihat, dan dengar; dan bahwa Allah mengetahui sesuatu yang akan terjadi dan tidak kita sadari. Demikianlah, kita menyadari bahwa Allahlah yang menyebabkan terjadinya setiap peristiwa sesuai dengan tujuan ilmiah, yaitu untuk kebaikan kita.

Dengan meyakini hal ini, kita akan memiliki pandangan yang lebih baik. Dengannya, kita merasa bersyukur atas segala yang terjadi pada diri kita. Dengan kata lain, seseorang akan berupaya untuk melihat kebaikan dalam segala sesuatu yang didengarnya, dilihatnya, dan menimpanya. Dalam setiap fase kehidupannya, ia akan memahami kehidupan ini secara benar dan tepat. Ia dapat membuat keputusan yang benar antara apa-apa yang ditawarkan kepadanya. Dalam Al`Qur`an digambarkan, "Sesungguhnya, Kami telah menunjukkan jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (al-Insaan: 3) Kehendak manusia dan kehendak Allah mencapai hasil akhir yang mulia, yakni kehidupan abadi di surga.

Fitri



Surau mengumandangkan takbir keillahian malam ini, keimanan mencucurkan air mata kebahagiaan sekaligus kesedihan, kadang mengoyak jiwa-jiwa ketakwaan, setelah sebulan dipertemukan kini tiba saatnya perpisahan, wahai jiwa-jiwa yang fana bersujudlah. Tundukan kepalamu sejenak wahai pemuja dunia, seperti air di sungai, seperti debu tertiup angin, seperti batu membentuk sebuah istana megah di tengah padang savana, seperti pohon-pohon mencari cahaya kebahagiaan dirimbunnya bangunan-bangunan keserakahan dan ketamakan manusia pencakar dunia.
Aku melihat sesosok bayi terlahir atas nama cinta dan kasih sayang yang sempurna dari rahim seorang ibu, jiwanya telanjang, ruhnya kosong kemudian dibisikanlah ia dengan puji-pujian sang pemuja ketakwaan mengumandangkan adzan kedalam telinga berharap jiwa yang suci ini dalam keadaan beriman dan bertakwa dan sucilah ia.
Beranjak dewasa mulai dipenuhi pikiran-pikiran dan nafsu-nafsu duniawi yang membawanya ia kedalam kesombongan sesaat mengoyak jiwa yang suci dengan dosa-dosa yang terlupakan, wahai jiwa yang sombong kembalilah kepada kesucian layaknya bayi baru lahir sebelum ajal menjemputmu malam ini.
Ramadhan akhir ini memberikan sebuah kenangan yang tak mungkin aku lupakan. Aku mendapatkan kebahagiaan yang tak mungkin aku utarakan, wahai orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan pada Ramadhan ini aku uacapkan semoga kebahagiaan ini akan abadi selamanya.
Raihlah kemenangan layaknya bayi baru lahir kesucian yang ia miliki kebahagiaan yang tak mungkin diukur dengan hitungan dan diduga dengan hipotesa, Allah telah memberikan kebahagiaan kepada kita semua Allah telah menciptakan kehidupan dan segala keajaiban dunia dan tiada seorangpun yang mampu melebihinya, maka bersyukurlah atas nikmat dan kebahagiaan yang Allah berikan tepat di hari yang fitri ini. Sejenak kita lihat disekeliling kita, sejenak kita rasakan di sekeliling kita, sejenak kita dengarkan di sekeliling kita. Mereka menangis bukan mendapatkan kebahagiaan, mereka merintih kesakitan, mereka berteriak lantang, pedulikah kita kepada mereka yang tidak mendapatkan apa yang kita dapatkan baju yang rombeng, perut yang keroncongan dan suara-suara serak keluar dari mulut setelah habis untuk berteriak.
Ya Allah Engkau telah memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada umatmu walaupun kita sering melupakan dan lalai akan perintahMu mengabaikan demi kesenangan sesaat duniawi yang tak akan abadi.
Berikanlah kebahagiaan ini selamanya dan tuntunlah, walaupun beribu-ribu jalan penuh dengan kemacetan hanya satu jalan yang tak pernah macet yaitu jalan kebenaran, jalan atas ridho-Mu ya.. Allah karena Engkaulah penuntun jalan kehidupan yang abadi kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan. Ramadhan 1428 H.

Bidadari Kecil

Bidadari kecil menangis disudut sebuah istana megah, merengek mengeluarkan air mata sucinya, sambil ia memegang perutnya yang kesakitan menahan lapar setelah tiga hari tidak makan, tiba-tiba para jutawan dengan gagahnya berjalan membusungkan dada menyombongkan diri melewati sang bidadari kecil itu, ketika sang bidadari kecil itu bermaksud untuk meminta sedikit saja uang untuk membeli makan paling tidak rasa lapar yang sudah tiga hari terhapus, namun apa yang dibalas oleh sang jutawan itu “ Maaf tidak ada uang receh “, bidadari kecil terdiam menatap wajah para jutawan tersebut hati kecilnya menangis mengiris-ngiris kesengsaraannya dalam hatinya ia berkata “Ya Allah apakah aku ditakdirkan lahir seperti ini tubuhku diiris kekejaman dunia, jiwaku dimakan kerakusan jaman aku sungguh tak berdaya hendaknya Kau ambil saja jiwaku dan beringkan tubuhku diatas dipan kebahagiaan singgasanaMU berselimutkan wewangian bunga-bunga surgawi atau baringkan tubuhku diatas tungku-tungku kesengsaraan berselimutkan api-api kebiadaban neraka karena aku sungguh tak sanggup untuk menghadapi hidup ini, menikmati indahnya istana megah dunia”.
Bidadari kecil tetap duduk disamping istana itu, air mata sucinya terus membanjiri wajah cantiknya membasuh jiwa-jiwa kefanaan membasahi tubuh mungilnya. Tiba-tiba para jutawan itu kembali melewati bidadari kecil itu, berharap mereka sudah punya uang receh untuk diberikannya, tapi apa yang diberikan para jutawan itu, ia memberi beberapa orang pengawalnya, disuruhnya para pengawal itu untuk mengusir sang bidadari kecil itu, kemudian bidadari diseretnya keluar pagar pembatas istana itu. Para pengawal berkata “Kau hanya sampah masyarakat kau tidak berguna lebih baik kau mati dari pada kau menyusahkan orang lain, enyah kau dari sini jangan lagi kau kembali ke tempat ini kau perusak pemandangan istana ini saja apa kau tidak punya orang tua yang lebih baik agar hidupmu senang dan bahagia dengan keluargamu, apa orang tuamu sama sepertimu menjadi sampah masyarakat atau kau dibuang ibumu untuk menutupi aibnya. Pergi sana ! jauh-jauh jangan kau kembali lagi kesini kau hanya mengotori tempat ini saja ini bukan tempatmu, tempatmu disana dikolong jembatan dibantaran sungai yang kotor menyatu dirimbunya sampah kotor sama dengan kamu.” Sambil menyeret keluar dari istana itu. Kembali bidadari kecil itu harus mengeluarkan air matanya yang tersisa hatinya hancur berkeping-keping tubuhnya lemas bergetar, kakinya sudah tak mampu lagi menopang tubuhnya yang mungil terjatuh tersungkur diatas kerikil-kerikil kecil panasnya tanah yang tersorot matahari siang itu dan membakar tubuhnya yang kering kerontang dan tak berdaya oleh teriknya sinar matahari.
Dalam hatinya ia berbisik “Suatu saat ada keajaiban datang mengubah semua yang telah aku alami Ya Allah hendaknya kau beri ketabahan pada hatiku, berikan kesabaran pada jiwaku seperti rumput diladang walaupun diinjak-injak ia tetap tumbuh dan mengakar merebak memberikan kesejukan dan warna kehidupan bagi para pengagumnya memberikan keindahan dalam sebuah taman cinta, menimbun embun-embun pagi menyerap cahaya-cahaya ketenangan sebelum fajar, melindungi derasnya air bah yang membawa kesengsaraan, menyejukan jiwa-jiwa yang gundah”. Sambil terus melangkahkan kaki dengan lemasnya menopang badannya yang lapar dan kehausan.
Kemudian ia berjalan tertatih-tatih mengeluarkan seluruh tenaganya yang tersisa mencari sebuah perlindungan dan sedikit makanan sekedar pengganjal perut agar cacing dalam perutnya tidak menggerogoti sisa tubuhnya yang kecil kering kerontang. Sementara itu awan mulai mendung sesaat lagi hujan menumpahkan seluruh isinya kilat menyambar membelah hati yang sedih menangis meratapi kesengsaraan kekejaman dunia.
Dalam penglihatannya hanya kesengsaraan, setelah jauh berjalan kaki, ia menemukan saung kecil di tengah perkebunan jagung, kemuadian ia duduk di dalam saung itu sementara hujan terus mengguyur hati yang sedih dan kilatpun bertambah keras memecah kesunyian hati. “ Ya Allah aku menyaksikan kehidupan ini, aku melihat semuanya dan aku merasakan yang engkau berikan aku tahu... Ya Allah ..aku tahu... Kau memberikan cobaan padaku Kau memberikan suatu pelajaran dan aku telah membacanya dan merasakannya dalam kehidupan ini tapi kenapa Kau memberikan kepadaku kehidupan ini yang tak sanggup lagi aku meneruskan kehiduan ini, aku sungguh ikhlas menerima cobaan ini, apabila Kau telah memaafkanku dan aku telah cukup untuk menebus kesalahan dalam hidupku berikan aku kekuatan untuk melangkah meneruskan hidupku untuk hari esok dan meraih masa depanku dan apabila Kau berkehendak lain aku ikhlas menerima semuanya.” Kemudian ia membaringkan tubuhnya di atas bangku yang terbuat dari susunan bambu, ia berkata “ Wahai manusia, hewan dan makhluk hidup yang menyaksikan aku tidur di atas bangku ini jika aku tidak bangun lagi setelah aku tidur, aku serahkan jasadku mau kalian apakan terserah dan jika kalian mempunyai hati nurani rebahkan di dalam tanah di samping pohon yang rindang di taburi bunga-bunga semerbak wewangian di atas pekuburanku, berikan aku keindahan dan kebahagiaanku sedikit saja. Atas kehidupanku aku mohon maaf “. Dan ia pun tertidur sambil mengucapkan dua kalimat syahadat, sementara hujan semakin besar dan kilatpun menggaungkan suara yang paling besarnya menandakan sebuah keprihatinan dan turut memberikan penghormatan terakhirnya, bumipun turut menangis.

Awali dengan tangisan Akhiri dengan Senyuman

Awal dari sebuah kehidupan adalah tangisan sementara mereka yang menyaksikan awal kehidupan itu merasa senang dan bahagia, dan akhir dari kehidupan itu mengharapkan disertai kebahagiaan dan senyuman yang ikhlas sementara mereka yang menyaksikan menangis disertai kesedihan, seperti mengawali sesuatu yang ingin dicapai penuh dengan kesengsaraan dan perjuangan setelah melalui proses perjalanan panjang pada akhirnya akan menuai kebahagiaan, dan Allah telah memberikan sesuatu yang membuatku mengetahui arti sebuah perjalanan kehidupan.
Keikhlasan hati membentuk kesabaran diri seperti Allah memberikan suatu kebahagiaan kepada umatnya walaupun umatnya bersikap apatis, seperti Nabi Muhammad mencontohkan kebaikan walaupun penuh dengan cemoohan dan ejekan, dan seperti kedua orang tuaku yang memberikan doa dan dukungan walaupun dengan susah payah hanya dengan kesabarannyalah semoga ini menjadi suatu kebahagiaan yang menyertainya mulai hari ini, esok dan masa yang akan datang.
Aku melihat kehidupan itu mereka telanjang tak sehelai kain pun menutupi tubuh rentanya begitulah kepolosan, aku melihat mereka berjuang meraih kehidupan dan kebahagiaan dan aku merasakan semua itu betapa sedihnya ketika orang berteriak kelaparan sementara disebelahnya sedang berpesta besar makan makanan yang paling enak dan minum minuman yang paling istimewa serta gaun - gaun yang indah tuksedo jas berdasi berkilauan perhiasan mewah akankah ia melihat sdikit saja di sebelahmu mereka menganga menanti tegukan setetes air sesuap nasi.
Orang - orang disekitarku mengajarkan apa arti sebuah kehidupan untuk meraih kebahagiaan dengan cara yang diridhoi bukan menjadi orang yang pecundang.
Pagi itu aku melihat air mata kebahagiaan dan kesedihan membasahi tanah-tanah kekeringan, jiwa – jiwa yang dirundung kesepian merpati putih melebarkan sayapnya ketika mereka mulai terbang dalam keheningan dan kesunyian diiringi nyanyian yang mereka ciptakan ketika mulai datang waktu perpisahan genggaman tangan begitu erat seakan tak mau dilepaskan pelukan hangat persahabatan seakan membuat tak mau pergi meninggalkan, ciuman kasih sayang persahabatan seakan menyatunya antara jiwa dan pikiran kedalam rona-rona keindahan masa lalu, dan merekapun mulai pergi satu persatu mengayunkan kaki menggenggam harapan masa yang akan datang iringan doa mulai menggumam mengiringi kepergian sahabat – sahabat sejati.
Tangisanmu mengawali ruang kebahagiaan kelak air mata kesucian membasahi pundi – pundi mimpi esok hari, merangkai satu persatu harapan dalam membangun mimpi, yakinkan hati untuk tetap dapat bemimpi indah dan mewujudkan keindahan, kreatifitas fikiran dan kehalusan nurani sang pembangun mimpi, karena keyakinan bahwa bertindak adalah keputusan
Dan mereka berseri melebarkan senyuman keikhlasan dan alam pun memberikan keindahan bukan tanpa usaha dan kerja keras untuk mewujudkan semua itu, uraikan dalam setiap hembusan nafas rangkai dengan indah perjalanan kehidupan itu dan jadilah pelajaran bagi kita.
Allah SWT telah menunjukan kisi-kisi kehidupan melalui para malaikat, kepada para Nabi dan kepada Rasul. Adam sosok manusia pertama yang diciptakan contoh tabiat manusia pada awal perjalanan kehidupan di muka bumi.
Hendaknya tangisan yang mengawali dan berakhir dengan senyuman kebahagiaan.

Tulisan Untuk Kekasih

Kekasihku, malam ini aku sangat merindukanmu entah mengapa tiba-tiba aku teringat sebuah kenangan yang pernah kita lewati bersama di suatu tempat dimana kita pernah singgah dihiasi indahnya warna-warni temaram lampu malam itu, semilir angin malam itu mengiringi kesejukan hatimu.
Kekasihku bolehkah malam ini aku mengingatmu kembali masa-masa itu walau kamu tak pernah merasakan semuanya seperti apa yang aku rasakan hingga detik ini, sungguh aku tak berdaya dengan kecantikan wajahmu ketenangan hatimu dan kehalusan tutur katamu, saat itu aku terbuai dan jiwaku melayang mengiringi keindahan cahaya-cahaya dari wajahmu dan wewangian surga dari tubuhmu.
Wahai kekasihku apakah kau sama malam ini mengingatku, barang sejenak saja kau ingat padaku walaupun kau tidak lagi menganggapku seseorang yang istimewa dalam hidupmu, tapi aku sangat yakin dan bahagia apabila sudah mengingatku malam ini dan luangkan waktumu untuk merayuku kembali seperti waktu itu kau merayuku dengan senyum dan halus tutur katamu pagi itu dibawah pohon kebahagiaan disamping surau yang melantunkan nada-nada penyejuk nurani dan keindahan dalam semua kenangan pada saat pertama kali kita bertemu.
Temanilah malam ini wahai kekasihku dan nyanyikan tembang kesunyian dari lirik – lirik ciptaanmu yang indah dan hiburlah hatiku yang dirundung kesedihan dan anginpun ikut bernyanyi menyampaikan kerinduanku padamu sebelum semuanya sirna di telan waktu. Kasihku berikan senyumanmu yang terakhir sebelum Kamu meninggalkan seorang diri tanpa arah dan tujuan tanpa balas kasih sayang untukku aku mohon wahai cinta berikanlah ketulusan Nya padaku sebelum aku meninggalkan selamanya harapan dan keinginan dalam hidupku, aku ikhlas jika semuanya adalah keputusanmu dan maafkan apabila aku berdosa dan telah menyakiti serta mengganggumu yang telah memasuki dalam hatimu tanpa ku ketuk terlebih dahulu yang selama itu kau menutupnya rapat-rapat, tapi aku sangat bahagia walau kau hanya membuka sedikit pintumu dan bercerita tentang seisi hatimu saat itu, dan hujanpun turun membasahi teras hatiku akan ku kenang semua ceritamu kan ku hiasi bunga semerbak wewangian dan kubingkai dari tulang rusukku hingga semuanya punah ditelan waktu kehidupan zaman dunia sampai nafasku menutup liang kehidupan sampai mataku menghalangi harapan dan sampai tubuhku menjadi santapan nikmat binatang-binatang yang kelaparan.
Kekasihku izinkan aku untuk menyentuh jiwamu kan kupeluk erat barang sedetik dan baru aku meninggalkanmu pergi kealam kabadian ditemani jiwa kesunyian dan duduk di bangku keabadian singgasana, kekasihku lihatlah didepanmu seiring sejalan dua jiwa menyatu dalam keabadian cinta kasih sayangnya takkan sirna ditelan badai dan waktu yang merenggutnya dan mereka tetap berpegang erat tangannya pada keyakinan seperti menyatunya keteguhan hati dengan pikirannya dan ciptakan keharmonisan kehidupannya dan menembus jalan-jalan yang penuh liku dan kerikil-kerikil tajam menusuk kakinya walaupun sampai berdarah, menghancurkan tembok-tembok penghalang dan sampailah pada tujuan di akhir perjalan hidupnya dengan senyuman dan keikhlasan hati.
Kekasihku sediakanlah baju keabadianku dan kereta terakhirku dan hiasilah dengan bunga-bunga warna-warni yang harumnya takkan luntur di terjang hujan dan badai, kemudian tempatkanlah aku didalamnya dan permohonanku yang terakhir hanyalah ucapkanlah do’a keselamatan dan lambaian tanganmu disertai senyuman dari bibirmu dan janganlah wajah cantikmu dibasuh air mata kesunyian, doakan perjalananku dan lihatlah tubuhku dari berbagai arah dan maafkan atas kehidupanku.
Kekasihku malam ini aku mulai lelah salam terakhirku untukmu wahai kekasih jiwa dan fikiranku semoga kau tetap ada dalam keabadian jiwamu dan teguh pendirianmu dan tunjukkanlah wajah aslimu bukan wajah cantik yang kebanyakan orang menutupi sifat yang sebenarnya. Saat menutup mataku berarti berakhirlah ungkapan jiwa yang sunyi ini.
Selamat tinggal kekasih jiwa dan fikiranku tetaplah ada dalam keabadian dan tempuhlah cita dan cintamu agar kau bahagia dan raihlah kesenangan yang wajar dan lihatlah disekelilingmu. “Jika pertemuan itu menjadi sesuatu yang menyakitkan jadikanlah perpisahan ini menjadi kebahagiaan, dan rayakanlah keterbelengguan oleh tali-tali kebohongan, kekasihku aku tak bisa menjadi apa yang engkau harapkan tidak bisa menjadi pelindungmu seperti yang engkau ungkapkan saat-saat terakhir kepergianku”. Aku yakin suatu saat ada seseorang yang dapat memberimu kebahagiaan dan menjadi pelindungmu, menyayangimu dengan penuh keikhlasan dan engkaupun begitu kepadanya. Maafkan diriku yang telah mengganggu pikiranmu dan jika kau telah menemukan semuanya aku turut bahagia dan ijinkanlah untuk tetap mengenalmu.
Wahai kekasih keabadian terima kasih engkau telah memberikan sejenak paruh waktumu untuk menjadi sahabat pikiranku. Sekarang aku serahkan kehidupanku engkau ambil karena engkaulah yang memberikan semuanya itu, terimalah sembah sujudku yang terakhir sebelum semuanya sirna ditelan waktu berakhirnya kehidupanku, aku tahu bahwa aku tak pantas tinggal disebuah istana megah yang penuh kebahagiaan tapi aku juga tak kuat tinggal disebuah istana kenistaan yang penuh dengan dosa-dosa dan keserakahan disertai kesombongan.
Tulisan ini aku tulis sebelum kau mengatakan dan sebelum kau mengungkapkan semuanya sore itu, yang engkau pendam selama dalam hidupmu dan engkau mengatakan yang sejujurnya dari titik nadir hatimu, walaupun aku sangat sedih tapi apa yang harus aku lakukan untuk menjadi ikhlas seperti yang engkau inginkan. Biarlah aku menjadi seorang penjaga gudang emas yang diamanatkan kepadaku, aku akan menjaga dengan penuh keikhlasan walaupun aku tak dapat memiliki sedikitpun dari isi gudang itu. Yang aku harapkan emas itu akan memberikan kebahagiaan bukan hanya kepada penjaganya saja namun oarang lain dan alam sekitarnya.
Aku teringat ketika melihat seorang yang tak berdaya terbaring diatas kasur kesengsaraan tubuhnya digerogoti penyakit yang tidak mungkin dapat disembuhkan kembali dengan sabarnya orang itu menahan sakit dan selalu berdo’a atas kesembuhan yang ia harapkan, namun apa daya tetap saja penyakit itu tidak dapat disembuhkannya pada akhirnya iapun berserah diri kepada Illahi tapi bukan menyerah ia menyerahkan seluruh hidupnya kepada kehendak-Nya, pada akhirnya iapun menutup mata untuk selamanya meninggalkan semua apa yang ia miliki semasa hidupnya karena ia sadar bahwa yang ia miliki selama hidupnya bukanlah keabadian dan itu hanya titipan dan kembalilah kepada sang pemiliknya.
Akhir dari kisah ini adalah akhir dari segala bentuk keajaiban-keajaiban dalam kehidupan dunia, mereka yang melantunkan lagu-lagu kebahagiaan dan memainkan kecapi memecahkan malam sunyi ketika jiwaku mulai meninggalkan semua bentuk kesombongan atas kehidupanku dan yang aku harapkan maafkan atas kehidupanku dan aku sangat bersyukur aku telah diberikan kenikmatan dan kebahagiaan hidup, ya... Allah... Kau telah memberikan jiwaku sebuah kebahagiaan yang tak mungkin mereka dapatkan seperti kebahagiaan yang aku raih saat ini, atas keridhoanMu dari nada ciptaanmu aku mohon maaf aku sering melupakanMu ketika kebahagiaan itu datang.

Seperti inikah tahapan mencari kebenaran ?
kalau benar dimanakah posisi anda pada saat menunjukan suatu kebenaran ?