SELAMAT DATANG DI PUSTAKA HATI

Saturday, January 24, 2009

Bidadari Kecil

Bidadari kecil menangis disudut sebuah istana megah, merengek mengeluarkan air mata sucinya, sambil ia memegang perutnya yang kesakitan menahan lapar setelah tiga hari tidak makan, tiba-tiba para jutawan dengan gagahnya berjalan membusungkan dada menyombongkan diri melewati sang bidadari kecil itu, ketika sang bidadari kecil itu bermaksud untuk meminta sedikit saja uang untuk membeli makan paling tidak rasa lapar yang sudah tiga hari terhapus, namun apa yang dibalas oleh sang jutawan itu “ Maaf tidak ada uang receh “, bidadari kecil terdiam menatap wajah para jutawan tersebut hati kecilnya menangis mengiris-ngiris kesengsaraannya dalam hatinya ia berkata “Ya Allah apakah aku ditakdirkan lahir seperti ini tubuhku diiris kekejaman dunia, jiwaku dimakan kerakusan jaman aku sungguh tak berdaya hendaknya Kau ambil saja jiwaku dan beringkan tubuhku diatas dipan kebahagiaan singgasanaMU berselimutkan wewangian bunga-bunga surgawi atau baringkan tubuhku diatas tungku-tungku kesengsaraan berselimutkan api-api kebiadaban neraka karena aku sungguh tak sanggup untuk menghadapi hidup ini, menikmati indahnya istana megah dunia”.
Bidadari kecil tetap duduk disamping istana itu, air mata sucinya terus membanjiri wajah cantiknya membasuh jiwa-jiwa kefanaan membasahi tubuh mungilnya. Tiba-tiba para jutawan itu kembali melewati bidadari kecil itu, berharap mereka sudah punya uang receh untuk diberikannya, tapi apa yang diberikan para jutawan itu, ia memberi beberapa orang pengawalnya, disuruhnya para pengawal itu untuk mengusir sang bidadari kecil itu, kemudian bidadari diseretnya keluar pagar pembatas istana itu. Para pengawal berkata “Kau hanya sampah masyarakat kau tidak berguna lebih baik kau mati dari pada kau menyusahkan orang lain, enyah kau dari sini jangan lagi kau kembali ke tempat ini kau perusak pemandangan istana ini saja apa kau tidak punya orang tua yang lebih baik agar hidupmu senang dan bahagia dengan keluargamu, apa orang tuamu sama sepertimu menjadi sampah masyarakat atau kau dibuang ibumu untuk menutupi aibnya. Pergi sana ! jauh-jauh jangan kau kembali lagi kesini kau hanya mengotori tempat ini saja ini bukan tempatmu, tempatmu disana dikolong jembatan dibantaran sungai yang kotor menyatu dirimbunya sampah kotor sama dengan kamu.” Sambil menyeret keluar dari istana itu. Kembali bidadari kecil itu harus mengeluarkan air matanya yang tersisa hatinya hancur berkeping-keping tubuhnya lemas bergetar, kakinya sudah tak mampu lagi menopang tubuhnya yang mungil terjatuh tersungkur diatas kerikil-kerikil kecil panasnya tanah yang tersorot matahari siang itu dan membakar tubuhnya yang kering kerontang dan tak berdaya oleh teriknya sinar matahari.
Dalam hatinya ia berbisik “Suatu saat ada keajaiban datang mengubah semua yang telah aku alami Ya Allah hendaknya kau beri ketabahan pada hatiku, berikan kesabaran pada jiwaku seperti rumput diladang walaupun diinjak-injak ia tetap tumbuh dan mengakar merebak memberikan kesejukan dan warna kehidupan bagi para pengagumnya memberikan keindahan dalam sebuah taman cinta, menimbun embun-embun pagi menyerap cahaya-cahaya ketenangan sebelum fajar, melindungi derasnya air bah yang membawa kesengsaraan, menyejukan jiwa-jiwa yang gundah”. Sambil terus melangkahkan kaki dengan lemasnya menopang badannya yang lapar dan kehausan.
Kemudian ia berjalan tertatih-tatih mengeluarkan seluruh tenaganya yang tersisa mencari sebuah perlindungan dan sedikit makanan sekedar pengganjal perut agar cacing dalam perutnya tidak menggerogoti sisa tubuhnya yang kecil kering kerontang. Sementara itu awan mulai mendung sesaat lagi hujan menumpahkan seluruh isinya kilat menyambar membelah hati yang sedih menangis meratapi kesengsaraan kekejaman dunia.
Dalam penglihatannya hanya kesengsaraan, setelah jauh berjalan kaki, ia menemukan saung kecil di tengah perkebunan jagung, kemuadian ia duduk di dalam saung itu sementara hujan terus mengguyur hati yang sedih dan kilatpun bertambah keras memecah kesunyian hati. “ Ya Allah aku menyaksikan kehidupan ini, aku melihat semuanya dan aku merasakan yang engkau berikan aku tahu... Ya Allah ..aku tahu... Kau memberikan cobaan padaku Kau memberikan suatu pelajaran dan aku telah membacanya dan merasakannya dalam kehidupan ini tapi kenapa Kau memberikan kepadaku kehidupan ini yang tak sanggup lagi aku meneruskan kehiduan ini, aku sungguh ikhlas menerima cobaan ini, apabila Kau telah memaafkanku dan aku telah cukup untuk menebus kesalahan dalam hidupku berikan aku kekuatan untuk melangkah meneruskan hidupku untuk hari esok dan meraih masa depanku dan apabila Kau berkehendak lain aku ikhlas menerima semuanya.” Kemudian ia membaringkan tubuhnya di atas bangku yang terbuat dari susunan bambu, ia berkata “ Wahai manusia, hewan dan makhluk hidup yang menyaksikan aku tidur di atas bangku ini jika aku tidak bangun lagi setelah aku tidur, aku serahkan jasadku mau kalian apakan terserah dan jika kalian mempunyai hati nurani rebahkan di dalam tanah di samping pohon yang rindang di taburi bunga-bunga semerbak wewangian di atas pekuburanku, berikan aku keindahan dan kebahagiaanku sedikit saja. Atas kehidupanku aku mohon maaf “. Dan ia pun tertidur sambil mengucapkan dua kalimat syahadat, sementara hujan semakin besar dan kilatpun menggaungkan suara yang paling besarnya menandakan sebuah keprihatinan dan turut memberikan penghormatan terakhirnya, bumipun turut menangis.

No comments: