SELAMAT DATANG DI PUSTAKA HATI

Tuesday, February 17, 2009

Pemuja Cinta

Kegelapan menghalangi pandangan kebahagiaan, ketika di sodorkan sebuah cinta, dinding penghalang mulai menghadang, mampukah menghancurkannya sementara ia adalah bagian dari jiwa dan pikiran kita, perempuan itu memberikan harapannya seolah menjajakan kacang rebus di sebuah keramaian sementara hatinya kosong. Belahan jiwaku membisikan kata-kata mendayu menghipnotis perempuan itu sementara jiwaku yang lain hanya terdiam tertunduk tertindih batu-batu kesengsaraan membelenggu tubuhku.

Aku mencoba untuk tegar berdiri di tumpuan kaki yang bergetar menengadahkan tangan dan mulutku mengucapkan puji-pujian. Dan mereka berkata kau hanya seperti anjing-anjing peliharaan yang diberi makan sesuai kehendaknya sementara majikan menyuruhmu menjaganya dari serangan-serangan lain yang akan mengganggu dirinya.

****

Yang kedua kali aku di sodorkan rayuan manis seorang perempuan ia menjajakan kesetiaan dan kebahagiaan dan akupun mulai terbuai rayuan sang perempuan pagi itu pikiranku melayang akal ku hilang menembus awan-awan kebahagiaan menerobos tanah-tanah kesenangan, dan aku merasakan tiupan angin lembutnya terasa masuk kedalam relung-relung hatiku, seolah kebahagiaan memeluk erat jiwa yang rapuh menggenggam akal sehatku. Buaian manis keluar dari bibir indahnya seolah-olah mangsanya terperangkap dalam belenggu kemunafikan, syair-syair indah diucapkannya bak seorang paranormal mengadakan ritual tipu daya sang pemuja yang mempercayainya bahwa kata-katanya sangat mujarab untuk diikutinya.

Selepas itu jiwaku dilanda asmara padahal itu adalah kemunafikan dan tipu daya perempuan itu. Ternyata pikiranmu telah tertutup tirai-tirai indah seseorang yang kau anggap itu adalah sahabat sejatimu ketulusan hatimu tertutup kebiadaban hati nurani tipu daya setan, dan aku tidak menyalahkanmu wahai perempuan penjaja kesetiaan aku hanya menyalahkan pikiranmu yang tidak tetap dengan pendirianmu sendiri.

Kelemahanmu ada pada telingamu mendengar apa yang seharusnya tidak kamu dengar. Sifatmu yang mudah goyah oleh lidah-lidah sang penyair yang pandai membualkan kata-kata manis padahal dibalik itu ada harapan yang tersimpan dalam jiwa sang penjaja cinta.

****

Sorot mata yang tajam membuatku mulai terpana setelah sekian lama dirundung kesepian, hadir seorang utusan alam duniawi dan aku mulai merasakan getaran hati memacu adrenalin seorang ksatria untuk dapat menikmati indahnya dalam jiwa yang sunyi. Dari matanya keluar cahaya-cahaya keindahan, tubuhnya mengeluarkan wewangian surgawi.

Jiwaku melayang menikmati indahnya, bayang-bayang masa depan sejenak melintas. Pikiranku tertutup oleh rayuan-rayuan kesenangan dunia padahal itu adalah hanya tipuan pikiran terhadap kenyataan.

Dunia memang surga para jiwa yang fana dimana ia merasakan sesuatu maka ia akan mengejarnya padahal belum tentu apakah itu semua baik bagi dirinya atau hanya kesenangan sesaat demi menjamu nafsu dunia yang kehausan akan kasih sayang seorang pemuja cinta.

Bening mata sang bidadari

Senyumnya mengikat hati

Biarkan aku disini

Menatap wajah sang pujaan hati

Yang kuharapkan hanyalah

Senyummu mengiringi kepergianku

Membawaku kesana

Bersama damainya cinta kasihmu padaku

Jangan ada tetesan air mata dari beningnya matamu

Aku tak ingin semuanya

Biarkan menyaksikan senyumanmu yang terakhir

Kan kuukir dalam jantung hatiku

Dan semuanya menjadi indah

Menikmati kesejukan cintamu

Ketiga kali aku mengulangi kesengsaraan, kesepian dan kesendirian. Jiwaku seolah-olah tertutup terhimpit belenggu tak bergerak, jiwaku pengap apakah ini jalan hidupku ketika meraih apa yang seharusnya aku raih kebahagiaan dalam menempuh cita dan cinta mendapatkan kasih sayang seorang perempuan layaknya seorang ibu memberikan kasih sayangnya kepada anak-anaknya.

Yang ingin aku raih hanyalah apa yang terjadi sesuai dengan alam apa yang diberikan kepadaku atas kehendakNya. Kejujuran adalah kata hati keadilan adalah kesetaraan cinta adalah naluri kasih sayang adalah pertemuan kebahagiaan adalah buah dari cinta dan kasih sayang.

Gelap sudah duniaku

Apakah aku tertidur ?

Aku hanya terpejam sejenak

Mereka bicara apa kamu mati ?

Aku tidak tau

Saat aku bangun

Mereka sudah pergi

Apa yang terjadi ?

Aku tidak tau

Mereka membawa burung-burung merpati putih

Jauh sekali entah kemana

Kenapa aku sendiri ?

Aku tidak tau

Mereka bercengkrama bergurau bersama merpati putihnya

Aku hanya bisa menyaksikannya

Kenapa aku tidak seperti mereka ?

Aku tidak tau

Ketika aku dihadapkan dalam dua pilihan terbesit dalam dua pikiran, ketika aku dihadapkan sebuah karang keras yang berdiri kokoh menghalangi langkah ku dan ku termenung sejenak, dalam hati ku berkata apakah aku harus mundur menghadapi karang tersebut dan katakan aku kalah atau aku harus terus menerobos menghancurkan penghalang yang berdiri kokoh sementara aku kehabisan tenaga untuk menghancurkan karang tersebut, sejenak aku termenung bimbang dengan hati yang pasrah aku mencoba mengikisnya sedikit demi sedikit dengan penuh kesabaran, hendaklah terbongkah karang yang keras itu, seperti air laut dengan sabarnya mengikis batu dengan deburan ombaknya. Dengan hati yang ikhlas apakah semuanya akan berjalan dengan apa yang diharapkan walaupun keteguhan hati tidak semuanya akan terwujud.

Terhimpit aku dalam warna warni dunia

Seakan bimbang untuk memilih

Bukan maksud aku terpaut

Terpaut diantara dua warna

Ketika badai menghapus semuanya

Melunturkan segala asa yang telah terbina

Ketika rasa mulai meraja

Maafkan aku bila aku sudah tak bisa menyatukanmu

Menjadi satu bauran warna

Lelah aku di buatnya

Seakan kepercayaan berubah kekecewaan

Kembali aku dalam kesendirian

Menatap langit menginjak bumi

Terhempas dalam buaian angin malam

Seperti bulan di temani bintang jauh dari tempatnya

Dan tertutup awan nampak dalam satu warna


No comments: