Kegelapan menghalangi pandangan kebahagiaan, ketika di sodorkan sebuah cinta, dinding penghalang mulai menghadang, mampukah menghancurkannya sementara ia adalah bagian dari jiwa dan pikiran kita, perempuan itu memberikan harapannya seolah menjajakan kacang rebus di sebuah keramaian sementara hatinya kosong. Belahan jiwaku membisikan kata-kata mendayu menghipnotis perempuan itu sementara jiwaku yang lain hanya terdiam tertunduk tertindih batu-batu kesengsaraan membelenggu tubuhku.
Aku mencoba untuk tegar berdiri di tumpuan kaki yang bergetar menengadahkan tangan dan mulutku mengucapkan puji-pujian. Dan mereka berkata kau hanya seperti anjing-anjing peliharaan yang diberi makan sesuai kehendaknya sementara majikan menyuruhmu menjaganya dari serangan-serangan lain yang akan mengganggu dirinya.
****
Yang kedua kali aku di sodorkan rayuan manis seorang perempuan ia menjajakan kesetiaan dan kebahagiaan dan akupun mulai terbuai rayuan sang perempuan pagi itu pikiranku melayang akal ku hilang menembus awan-awan kebahagiaan menerobos tanah-tanah kesenangan, dan aku merasakan tiupan angin lembutnya terasa masuk kedalam relung-relung hatiku, seolah kebahagiaan memeluk erat jiwa yang rapuh menggenggam akal sehatku. Buaian manis keluar dari bibir indahnya seolah-olah mangsanya terperangkap dalam belenggu kemunafikan, syair-syair indah diucapkannya bak seorang paranormal mengadakan ritual tipu daya sang pemuja yang mempercayainya bahwa kata-katanya sangat mujarab untuk diikutinya.
Selepas itu jiwaku dilanda asmara padahal itu adalah kemunafikan dan tipu daya perempuan itu. Ternyata pikiranmu telah tertutup tirai-tirai indah seseorang yang kau anggap itu adalah sahabat sejatimu ketulusan hatimu tertutup kebiadaban hati nurani tipu daya setan, dan aku tidak menyalahkanmu wahai perempuan penjaja kesetiaan aku hanya menyalahkan pikiranmu yang tidak tetap dengan pendirianmu sendiri.
Kelemahanmu ada pada telingamu mendengar apa yang seharusnya tidak kamu dengar. Sifatmu yang mudah goyah oleh lidah-lidah sang penyair yang pandai membualkan kata-kata manis padahal dibalik itu ada harapan yang tersimpan dalam jiwa sang penjaja cinta.
****
Sorot mata yang tajam membuatku mulai terpana setelah sekian lama dirundung kesepian, hadir seorang utusan alam duniawi dan aku mulai merasakan getaran hati memacu adrenalin seorang ksatria untuk dapat menikmati indahnya dalam jiwa yang sunyi. Dari matanya keluar cahaya-cahaya keindahan, tubuhnya mengeluarkan wewangian surgawi.
Jiwaku melayang menikmati indahnya, bayang-bayang masa depan sejenak melintas. Pikiranku tertutup oleh rayuan-rayuan kesenangan dunia padahal itu adalah hanya tipuan pikiran terhadap kenyataan.
Dunia memang surga para jiwa yang fana dimana ia merasakan sesuatu maka ia akan mengejarnya padahal belum tentu apakah itu semua baik bagi dirinya atau hanya kesenangan sesaat demi menjamu nafsu dunia yang kehausan akan kasih sayang seorang pemuja cinta.
Bening mata sang bidadari
Senyumnya mengikat hati
Biarkan aku disini
Menatap wajah sang pujaan hati
Yang kuharapkan hanyalah
Senyummu mengiringi kepergianku
Membawaku kesana
Bersama damainya cinta kasihmu padaku
Jangan ada tetesan air mata dari beningnya matamu
Aku tak ingin semuanya
Biarkan menyaksikan senyumanmu yang terakhir
Kan kuukir dalam jantung hatiku
Dan semuanya menjadi indah
Menikmati kesejukan cintamu
Ketiga kali aku mengulangi kesengsaraan, kesepian dan kesendirian. Jiwaku seolah-olah tertutup terhimpit belenggu tak bergerak, jiwaku pengap apakah ini jalan hidupku ketika meraih apa yang seharusnya aku raih kebahagiaan dalam menempuh cita dan cinta mendapatkan kasih sayang seorang perempuan layaknya seorang ibu memberikan kasih sayangnya kepada anak-anaknya.
Yang ingin aku raih hanyalah apa yang terjadi sesuai dengan alam apa yang diberikan kepadaku atas kehendakNya. Kejujuran adalah kata hati keadilan adalah kesetaraan cinta adalah naluri kasih sayang adalah pertemuan kebahagiaan adalah buah dari cinta dan kasih sayang.
Gelap sudah duniaku
Apakah aku tertidur ?
Aku hanya terpejam sejenak
Mereka bicara apa kamu mati ?
Aku tidak tau
Saat aku bangun
Mereka sudah pergi
Apa yang terjadi ?
Aku tidak tau
Mereka membawa burung-burung merpati putih
Jauh sekali entah kemana
Kenapa aku sendiri ?
Aku tidak tau
Mereka bercengkrama bergurau bersama merpati putihnya
Aku hanya bisa menyaksikannya
Kenapa aku tidak seperti mereka ?
Aku tidak tau
Ketika aku dihadapkan dalam dua pilihan terbesit dalam dua pikiran, ketika aku dihadapkan sebuah karang keras yang berdiri kokoh menghalangi langkah ku dan ku termenung sejenak, dalam hati ku berkata apakah aku harus mundur menghadapi karang tersebut dan katakan aku kalah atau aku harus terus menerobos menghancurkan penghalang yang berdiri kokoh sementara aku kehabisan tenaga untuk menghancurkan karang tersebut, sejenak aku termenung bimbang dengan hati yang pasrah aku mencoba mengikisnya sedikit demi sedikit dengan penuh kesabaran, hendaklah terbongkah karang yang keras itu, seperti air laut dengan sabarnya mengikis batu dengan deburan ombaknya. Dengan hati yang ikhlas apakah semuanya akan berjalan dengan apa yang diharapkan walaupun keteguhan hati tidak semuanya akan terwujud.
Terhimpit aku dalam warna warni dunia
Seakan bimbang untuk memilih
Bukan maksud aku terpaut
Terpaut diantara dua warna
Ketika badai menghapus semuanya
Melunturkan segala asa yang telah terbina
Ketika rasa mulai meraja
Maafkan aku bila aku sudah tak bisa menyatukanmu
Menjadi satu bauran warna
Lelah aku di buatnya
Seakan kepercayaan berubah kekecewaan
Kembali aku dalam kesendirian
Menatap langit menginjak bumi
Terhempas dalam buaian angin malam
Seperti bulan di temani bintang jauh dari tempatnya
Dan tertutup awan nampak dalam satu warna
No comments:
Post a Comment